Jumat, 16 Maret 2012

I want see my father (again)

14 Maret 2012

            Aku kira ini hari yang cukup bagus untuk memulai dan memperbaiki suatu hal. Sampai-sampai status Facebook pertamaku dihari ini adalah:
            Selamat hari rabu :-)
            Semoga hari ini lebih baik dari kemarin

            Bukankah itu sebuah harapan kecil, sepele, yang indah? Aku pengen semua hal bertambah baik seiring waktu berjalan dan bertambahnya umurku. Aku pernah membaca suatu kata-kata nasehat: “Apabila hari ini lebih baik dari kemarin, maka kita termasuk orang yang beruntung. Apabila hari ini sama saja dengan kemarin, maka kita termasuk orang yang rugi. Dan apabila hari ini lebih buruk dari kemarin, maka kita termasuk orang yang celaka,” sungguh kalimat yang tidak panjang akan tetapi menyimpan arti yang sangat banyak.
Aku suka belajar. Belajar buat jadi orang yang lebih baik. Walaupun perubahannya tidak seberapa tapi aku tetap berusaha, dan tentu juga tidak pernah menyesal dengan apa yang gagl dalam hidupku. Seperti kata sahabatku, Yanuar, yang juga menutip dari kata orang bijak: “Kegagalan adalah suatu celaka kecil, dan penyesalan adalah celaka besar.”  Maka dari itu aku pengen jadi orang yang tidak pernah mengalah dari kegagalan dan selalu belajar dari kegagalan. Okey. Langsung saja keceritanya ya, tidak perlu berlama-lama lagi.

Pagi hari…
“Ta, nanti kalo mau pergi pintunya dikunci ya,” kata Bapak padaku.
“E’em,” kataku sambil mengangguk. Tak begitu kuperhatikan kata-kata Bapak tadi. Helooo hari ini aku libur sekolah. Enggak bakal kemana-mana, lagian aku juga jagain adek dirumah.
“Bapak pergi dulu, ya? Jangan main terus,” kata Bapak sambil memakai sepatu di ruang tamu. Kulihat ia tidak memakai sepatu kesukaannya, ia memakai sepatu yang jarang ia semir. Setelah itu mengucapkan salam, “Assalamualaikum,” kemudian berlalu.
“Waalaikumsalam,” jawabku sambil menutup pintu rumah seperti perintah Bapak.
Tidak ada yang aneh menurutku. Hanya sepert hari-hari biasa dirumahku. Dan ditambah sedikit nasehat yang jarang terucap dari Bapakku. Nasehat kecil yang aku hargai dari Bapakku.
Siang hari…
Drrrt drrt… (sms)
Yanuar: be lagi apa?
Pita     : lagi takut be
Yanuar: loh takut kenapa?
Pita     : kayaknya keluargaku lagi nggak enak
Yanuar: kenapa emangnya be?
              kamu gak cerita sama aku be? aku kan sahabatmu :-(
Pita     : udah gpp kok
              eh kamu lagi apa?
  aku sampe lupa tanya maaf
Yanuar: beneran gpp? :-(
              lagi diteras be

Smsan terus berlanjut. Aku nggak habis pikir kenapa tadi bilang itu. Rasanya ada yang mengganjal setelah aku ingat obrolan Ibu pagi tadi padaku.
“Kalo Bapakmu mau ngapain biarin aja ya,” kata Ibuku kelihatan sedikit kesal.
“Iya, Buk,” jawabku sambil mengangguk.
Aku nggak sempet tanya kenapa. Eh bukannya nggak sempet sih. Tapi aku tau Ibu kanapa dan aku harus apa saat itu. Aku anak pertama Ibuku sejak 16 tahun 10 bulan yang lalu. Aku tahu persis bagaimana wajah keluargaku. Bukan suasana nyaman yang sering tergambar, tapi amarah dan cukup banyak bentakan yang ada didalam keluarga kecil kami. Sejak aku anak semata wayang, bahkan sampai aku punya adik 3 setegah tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah dari kedua orangtuaku. Meskipun tiap saat aku berdoa buat Allah, tapi mungkin belum dapat dikabulkan Allah. Aku cuman bisa sabar, terus berdoa dan mengamini doa-doa orang lain.
Update status:
Aku mulai takut dengan semua hal
yang terjadi sekarang ;-(

Sore hari…
Seperti soreku yang biasa. Ibu sudah pulang kerja, tapi Bapak belum. Seperti biasa, memang seperti itu.

Malam hari…
Aku siap-siap mau pergi sama temenku, Yoga. Dia udah janji mau ngajakin aku pergi nge-gigs besok malem minggu di Tbrs (Taman Budaya Raden Saleh). Hari ini aku diajak Yoga buat beli tiket di Madness, rumah susun di belakang DP Mall.
"Mau pulang jam berapa nih, Pit?" tanya Yoga selagi di Madness sambil milih-milih kaos.
"Ya aku sih terserah, lagian bapak juga nggak lagi dirumah, belum pulang," jawabku panjaaaaang.
"Bener?" Yoga meyakinkan.
"Bener. Tapi jam 9 pulang ya," tambahku sambil terkekeh.
"Yaaah sama aja odong, berati pulang gasik," kata Yoga sambil melengos. Aku tertawa banter hahahaha.
Akhirnya aku pulang jam 9 tepat. Sampai dirumah aku langsung tidur.

22:14 pm
Drrt drrrt drt... (sms)
Sms dari bapak, aku terbangun. Belum sempat aku membaca isinya aku sudah mengira mungkin bapak memintaku untuk membukakan pintu rumah yang sudah terkunci rapat. Tapi... ternyata tidak.
Bapak : Mbak tolong adik dijaga ya jangan
dibikin rewel, kamu juga jangan nakal, belajar
yang pinter, sekolah yang tinggi. Bapak sedang
ada masalah. Bapak pergi dulu buat sementara,
mungkin pulang bulanSeptember. Bapak mau
nemuin pakdhe di Jakarta, terus bapak ke
Kalimantan nyusul eyangmu. Ibuk jangan
dibuat sedih. Bapak titip adek sama ibumu.
 

Tidak satu dua tetes tangisan yang keluar dari mataku. Malam itu mataku seperti mata air yang tak henti-hentinya mengalir. Aku merasa bersalah sama bapak, walaupun tidak semua yang terjadi sekarang adalah pure kesalahanku. Aku kesal sama diriku sendiri. 
Mulai detik itu aku punya segudang alesan buat merubah diriku jadi manusia yang berguna dan tentu saja lebih baik. 
Aku pengen membuktikan kepada bapakku bahwa aku anak yang berbakti dan bisa berterimakasih kepada orang tua.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar