14 Maret 2012
Aku kira ini hari yang cukup bagus untuk memulai dan
memperbaiki suatu hal. Sampai-sampai status Facebook pertamaku dihari ini
adalah:
Selamat hari rabu :-)
Semoga hari ini lebih baik dari kemarin
Bukankah itu sebuah harapan kecil, sepele, yang indah?
Aku pengen semua hal bertambah baik seiring waktu berjalan dan bertambahnya
umurku. Aku pernah membaca suatu kata-kata nasehat: “Apabila hari ini lebih
baik dari kemarin, maka kita termasuk orang yang beruntung. Apabila hari ini
sama saja dengan kemarin, maka kita termasuk orang yang rugi. Dan apabila hari
ini lebih buruk dari kemarin, maka kita termasuk orang yang celaka,” sungguh
kalimat yang tidak panjang akan tetapi menyimpan arti yang sangat banyak.
Aku
suka belajar. Belajar buat jadi orang yang lebih baik. Walaupun perubahannya
tidak seberapa tapi aku tetap berusaha, dan tentu juga tidak pernah menyesal
dengan apa yang gagl dalam hidupku. Seperti kata sahabatku, Yanuar, yang juga
menutip dari kata orang bijak: “Kegagalan adalah suatu celaka kecil, dan
penyesalan adalah celaka besar.” Maka
dari itu aku pengen jadi orang yang tidak pernah mengalah dari kegagalan dan
selalu belajar dari kegagalan. Okey. Langsung saja keceritanya ya, tidak perlu
berlama-lama lagi.
Pagi
hari…
“Ta,
nanti kalo mau pergi pintunya dikunci ya,” kata Bapak padaku.
“E’em,”
kataku sambil mengangguk. Tak begitu kuperhatikan kata-kata Bapak tadi. Helooo
hari ini aku libur sekolah. Enggak bakal kemana-mana, lagian aku juga jagain
adek dirumah.
“Bapak
pergi dulu, ya? Jangan main terus,” kata Bapak sambil memakai sepatu di ruang
tamu. Kulihat ia tidak memakai sepatu kesukaannya, ia memakai sepatu yang
jarang ia semir. Setelah itu mengucapkan salam, “Assalamualaikum,” kemudian
berlalu.
“Waalaikumsalam,”
jawabku sambil menutup pintu rumah seperti perintah Bapak.
Tidak
ada yang aneh menurutku. Hanya sepert hari-hari biasa dirumahku. Dan ditambah
sedikit nasehat yang jarang terucap dari Bapakku. Nasehat kecil yang aku hargai
dari Bapakku.
Siang
hari…
Drrrt
drrt… (sms)
Yanuar:
be lagi apa?
Pita : lagi takut be
Yanuar:
loh takut kenapa?
Pita : kayaknya keluargaku lagi nggak enak
Yanuar:
kenapa emangnya be?
kamu gak cerita sama aku be? aku kan sahabatmu :-(
Pita : udah gpp kok
eh kamu lagi apa?
aku sampe lupa
tanya maaf
Yanuar:
beneran gpp? :-(
lagi diteras be
Smsan
terus berlanjut. Aku nggak habis pikir kenapa tadi bilang itu. Rasanya ada yang
mengganjal setelah aku ingat obrolan Ibu pagi tadi padaku.
“Kalo
Bapakmu mau ngapain biarin aja ya,” kata Ibuku kelihatan sedikit kesal.
“Iya,
Buk,” jawabku sambil mengangguk.
Aku
nggak sempet tanya kenapa. Eh bukannya nggak sempet sih. Tapi aku tau Ibu
kanapa dan aku harus apa saat itu. Aku anak pertama Ibuku sejak 16 tahun 10
bulan yang lalu. Aku tahu persis bagaimana wajah keluargaku. Bukan suasana
nyaman yang sering tergambar, tapi amarah dan cukup banyak bentakan yang ada
didalam keluarga kecil kami. Sejak aku anak semata wayang, bahkan sampai aku
punya adik 3 setegah tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah dari kedua
orangtuaku. Meskipun tiap saat aku berdoa buat Allah, tapi mungkin belum dapat
dikabulkan Allah. Aku cuman bisa sabar, terus berdoa dan mengamini doa-doa
orang lain.
Update
status:
Aku
mulai takut dengan semua hal
yang
terjadi sekarang ;-(
Sore
hari…
Seperti
soreku yang biasa. Ibu sudah pulang kerja, tapi Bapak belum. Seperti biasa,
memang seperti itu.
Malam
hari…
Bersambung...
Aku siap-siap mau pergi sama temenku, Yoga. Dia udah janji mau ngajakin aku pergi nge-gigs besok malem minggu di Tbrs (Taman Budaya Raden Saleh). Hari ini aku diajak Yoga buat beli tiket di Madness, rumah susun di belakang DP Mall.
"Mau pulang jam berapa nih, Pit?" tanya Yoga selagi di Madness sambil milih-milih kaos.
"Ya aku sih terserah, lagian bapak juga nggak lagi dirumah, belum pulang," jawabku panjaaaaang.
"Bener?" Yoga meyakinkan.
"Bener. Tapi jam 9 pulang ya," tambahku sambil terkekeh.
"Yaaah sama aja odong, berati pulang gasik," kata Yoga sambil melengos. Aku tertawa banter hahahaha.
Akhirnya aku pulang jam 9 tepat. Sampai dirumah aku langsung tidur.
22:14 pm
Drrt drrrt drt... (sms)
Sms dari bapak, aku terbangun. Belum sempat aku membaca isinya aku sudah mengira mungkin bapak memintaku untuk membukakan pintu rumah yang sudah terkunci rapat. Tapi... ternyata tidak.
Bapak : Mbak tolong adik dijaga ya jangan
dibikin rewel, kamu juga jangan nakal, belajar
yang pinter, sekolah yang tinggi. Bapak sedang
ada masalah. Bapak pergi dulu buat sementara,
mungkin pulang bulanSeptember. Bapak mau
nemuin pakdhe di Jakarta, terus bapak ke
Kalimantan nyusul eyangmu. Ibuk jangan
dibuat sedih. Bapak titip adek sama ibumu.
Tidak satu dua tetes tangisan yang keluar dari mataku. Malam itu mataku seperti mata air yang tak henti-hentinya mengalir. Aku merasa bersalah sama bapak, walaupun tidak semua yang terjadi sekarang adalah pure kesalahanku. Aku kesal sama diriku sendiri.
Mulai detik itu aku punya segudang alesan buat merubah diriku jadi manusia yang berguna dan tentu saja lebih baik.
Aku pengen membuktikan kepada bapakku bahwa aku anak yang berbakti dan bisa berterimakasih kepada orang tua.
Tidak satu dua tetes tangisan yang keluar dari mataku. Malam itu mataku seperti mata air yang tak henti-hentinya mengalir. Aku merasa bersalah sama bapak, walaupun tidak semua yang terjadi sekarang adalah pure kesalahanku. Aku kesal sama diriku sendiri.
Mulai detik itu aku punya segudang alesan buat merubah diriku jadi manusia yang berguna dan tentu saja lebih baik.
Aku pengen membuktikan kepada bapakku bahwa aku anak yang berbakti dan bisa berterimakasih kepada orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar